Awas, Hand Sanitizer Tak Ramah Anak
MERAHPUTIH | SURABAYA – Menggunakan hand sanitizer setiap saat agaknya menjadi kewajiban rutin semenjak munculnya wabah Corona. Semua ini ditujukan agar tangan selalu bersih bebas kuman. Sehingga ketika tangan menyentuh mulut, hidung, atau wajah virus sudah mati.
Namun rupanya kebiasaan baru ini perlu diwaspadai apalalagi untuk anak-anak. Bila terlalu sering, dapat menimbulkan keracunan. Cairan pembunuh kuman tersebut justru membahayakan, terlebih jika tidak benar dalam menggunakannya.
Melansir dari laman Centers for Disease Control and Prevention atau CDC, penggunaan hand sanitizer dapat mempertinggi risiko keracunan. Kandungan alkohol yang tinggi di dalamnya acap kali tidak sengaja tertelan, terlebih pada anak-anak.
Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa pusat-pusat kendali racun AS menerima hampir 85.000 panggilan terkait keracunan pembersih tangan di antara anak-anak sepanjang tahun 2011-2015.
Anak-anak menyukai benda-benda yang wangi, berwarna cerah, atau dikemas secara menarik, termasuk di dalamnya adalah cairan pembunuh kuman. Mengatasi hal ini, para orang dewasa disarankan untuk menyimpan hand sanitizer pada tempat yang jauh dari jangkauan anak-anak.
Selain itu, penggunaan cairan pembunuh kuman harus di bawah pengawasan para orang dewasa. Sementara, penggunaan cairan pembunuh kuman secara berlebihan juga terbukti membahayakan diri dan membuat sakit.
Piedmont Healthcare menuliskan dalam lamannya, beberapa peneliti percaya penggunaan pembersih tangan secara berlebihan mungkin menyebabkan anak-anak kehilangan kemampuan untuk membangun resistensi terhadap bakteri.
Hal ini merupakan salah satu teori yang berkembang terkait kepekaan lingkungan yang berbanding terbalik dengan peningkatan alergi pada anak. "Dengan terus-menerus menggunakan pembersih tangan, Anda menghilangkan bakteri yang membantu membangun sistem kekebalan tubuh Anda, memungkinkan serangga yang kebal antibiotik memasuki sistem Anda dan membuat Anda sangat sakit,” ungkap Samer Blackmon, M.D., seorang spesialis penyakit dalam di Piedmont Healthcare, mendukung teori ini.
Pada dasarnya, tubuh akan menyesuaikan dengan keadaan lingkungan. Sejak kecil, sistem kekebalan tubuh diperkuat oleh paparan kuman sehari-hari. Ketika paparan parasit, bakteri dan virus terbatas pada awal kehidupan, anak-anak menghadapi peluang lebih besar untuk tidak mampu melawan agen asing ini.
Para peneliti percaya hal ini mengarah pada kecenderungan yang meningkat untuk anak-anak memiliki alergi, asma, dan penyakit autoimun lainnya di kemudian hari.
Di sisi lain, menggunakan terlalu sering dan terlalu banyak cairan pembunuh kuman juga akan membuat kulit menjadi lebih sensitif. Minyak dan uap air alami yang dihasilkan kulit menghilang setalah penggunaan hand sanitizer.
Dilansir dari Kyoto Report, hand sanitizer bisa membuat tangan menjadi lebih kering dan rusak. Kulit tangan dengan kondisi tersebut akan lebih rentan menjadi pecah-pecah, yang membuatnya lebih mudah bagi virus untuk masuk ke dalam tubuh.
Memang pada kenyataannya, menemukan wastafel dan sabun adalah hal yang lebih sulit dibandingkan membeli sebotol hand sanitizer dan membawanya kemana saja sehingga bisa mengenakannya di saat perlu. Kepastiannya agar tidak merusak kulit adalah dengan tidak mengenakannya terlalu sering.
Dalam laman Piedmont Healthcare, Dr. Blackmont mengatakan, penggunaan cairan pembersih tangan tidak akan membahayakan jika tidak sering digunakan.
Akan lebih baik apabila tidak membiasakan anak-anak untuk mengenakannya setiap hari.
Ajarkan pada anak untuk mencuci tangan dengan air dan sabun dengan benar setelah menyentuh benda asing, sebelum dan sesudah makan, pergi dan keluar dari kamar mandi, atau ketika diperlukan.
Menurut CDC, pembersih tangan agar efektif harus digunakan dengan benar. Hal ini dapat diartikan dengan penggunaan yang tepat jumlah dan menggosokkannya pada permukaan kedua tangan hingga benar-benar kering. Setelah menggunakannya, jangan menyeka tangan atau mencucinya. (tirto/ayn)