Pasukan Khusus Australia Diduga Bunuh 39 Tahanan Tak Bersenjata


Pasukan NATO tiba di lokasi serangan bom mobil di Kabul, Afghanistan, Minggu (10/8). Pelaku serangan bom bunuh diri di Kabul menewaskan setidaknya empat warga sipil Afghanistan, termasuk anak-anak, serta melukai puluhan lainnya, kata pihak keamanan Afghan

MERAHPUTIH| JAKARTA- Pasukan khusus Australia diduga membunuh 39 tahanan tak bersenjata dan warga sipil di Afghanistan, dengan komando senior dilaporkan memaksa tentara junior untuk membunuh tawanan tak berdaya.

 Australia mengatakan pada hari Kamis bahwa, 19 tentara dan mantan tentara akan dirujuk untuk tuntutan pidana potensial karena diduga membunuh 39 penduduk Afghanistan.

 Merinci temuan penyelidikan yang telah lama ditunggu-tunggu tentang perilaku personel pasukan khusus di Afghanistan antara 2005 dan 2016, Jenderal Australia Angus John Campbell mengatakan ada informasi yang dapat dipercaya dari 39 pembunuhan di luar hukum oleh 25 personel Pasukan Khusus Australia dalam 23 insiden terpisah.

 Semua pembunuhan itu berada di luar "panasnya pertempuran", kata Campbell.

 "Penemuan ini menuduh pelanggaran paling serius atas tingkah laku militer dan nilai-nilai profesional," kata Campbell kepada wartawan di Canberra.

 "Pembunuhan di luar hukum, terhadap warga sipil dan tahanan tidak pernah dapat diterima."

Laporan itu mengatakan mayoritas dari mereka yang terbunuh, termasuk tahanan, petani dan penduduk lokal Afghanistan lainnya, ditangkap ketika mereka dibunuh dan karenanya dilindungi oleh hukum internasional. Menyusul rekomendasi laporan tersebut, Campbell mengatakan 19 anggota dan mantan militer Australia akan dirujuk ke penyelidik khusus yang akan segera ditunjuk untuk menentukan apakah ada cukup bukti untuk diadili. 

Menteri Pertahanan Australia Linda Reynolds pekan lalu mengatakan bahwa Canberra telah diberitahu bahwa penuntutan lokal akan meniadakan dakwaan di Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag.

 Perdana Menteri Australia Scott Morrison sebelumnya telah memperingatkan bahwa laporan itu akan mencakup "berita sulit dan sulit bagi warga Australia", tetapi hanya sedikit yang mengharapkan beberapa dari pengungkapan yang paling mengejutkan. Sementara laporan itu dihapus secara besar-besaran, itu termasuk tuduhan bahwa personel pasukan khusus senior memerintahkan pembunuhan orang-orang Afghanistan yang tidak bersenjata. 

"Ada informasi yang dapat dipercaya bahwa tentara junior diminta oleh komandan patroli mereka untuk menembak seorang tahanan, untuk mencapai pembunuhan pertama prajurit tersebut, dalam praktik yang dikenal sebagai 'blooding'," bunyi laporan itu.(red) 

Sumber: Reuters