Kebijakan Kemenkes Mencantumkan Label Warna pada Minuman Kemasan

Kemenkes RI sedang mempertimbangkan kebijakan baru yang mengharuskan mencantumkan label warna pada produk minuman kemasan untuk menampilkan kadar kandungan gula
MERAHPUTIH I SURABAYA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI sedang mempertimbangkan kebijakan baru yang mengharuskan mencantumkan label warna atau color guide pada produk minuman kemasan untuk menampilkan kadar kandungan gula. Kebijakan ini diambil berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia 2018 yang menunjukkan tingkat konsumsi makanan manis (87,9%) dan minuman manis (91,49%) di Indonesia sangat tinggi.
Dede Nasrullah, Pakar Kesehatan dari UM Surabaya, menyatakan dukungannya terhadap kebijakan tersebut. "Terkait dengan kebijakan tersebut saya sangat setuju karena saat ini di Indonesia angka diabetes meningkat. Pada tahun 2018, prevalensi diabetes Indonesia mencapai 10,9%," ujarnya. Menurut Dede, prevalensi diabetes saat ini mencapai 11,7% pada tahun 2023.
Dede juga menambahkan bahwa pelebelan warna pada produk minuman adalah langkah awal untuk menekan tingkat konsumsi gula yang tinggi di masyarakat. "Diabetes adalah mother of all diseases. Jika tidak terkontrol, maka akan menyebabkan penyakit jantung, stroke, dan ginjal yang lebih berat lagi masalahnya. Gula bukan harus dihindari, tetapi konsumsinya perlu dibatasi agar tidak berlebihan," imbuhnya.
Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat diabetes meliputi:
- Ketoasidosis Diabetik (KAD): Komplikasi ini terjadi ketika kadar gula darah meningkat tajam, sehingga tubuh tidak mampu menggunakan gula sebagai sumber bahan bakar.
- Hipoglikemia: Kondisi di mana kadar gula darah menurun secara mendadak, yang sering terjadi pada penderita diabetes yang rutin mengonsumsi obat.
- Kerusakan Ginjal (Nefropati Diabetik): Berkurangnya aliran darah ke ginjal menyebabkan kerusakan ginjal yang memerlukan cuci darah rutin atau transplantasi ginjal.
- Penyakit Kardiovaskular: Tingginya kadar gula darah dapat merusak pembuluh darah, mengganggu sirkulasi darah ke seluruh tubuh termasuk jantung.
- Kerusakan Saraf (Neuropati Diabetik): Kerusakan saraf akibat diabetes yang sering menyerang kaki dan tangan, menyebabkan nyeri yang signifikan.
Dede menjelaskan bahwa gula sulit dihindari masyarakat karena ada rasa "nagih" saat dikonsumsi, serta kebiasaan sehari-hari yang menjadikan gula sebagai jalan keluar jika sedih atau pelepas dahaga. Kondisi ini diperparah oleh kurang tidur dan stres yang berkepanjangan, yang meningkatkan keinginan untuk mengonsumsi makanan dan minuman manis.
Untuk mengurangi ketagihan gula, Dede menyarankan untuk beralih ke konsumsi makanan yang lebih sehat seperti wortel, labu, kelapa, pisang, anggur, atau kurma. Selain itu, rutin berolahraga juga dapat membantu mengurangi keinginan untuk mengonsumsi gula. Meskipun berbahaya, gula tetap dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi untuk beraktivitas.
"Kebutuhan asupan gula dalam sehari tidak boleh lebih dari 10 persen dari kebutuhan energi, setara dengan 4 sendok makan atau 50 gram per hari. Untuk pasien diabetes, harus di bawah 4 sendok teh. Upayakan mengonsumsi gula alami seperti buah dan jangan lengah terhadap gula tambahan," pungkas Dede. (red)