Wisuda ke-130 Untag Surabaya: Cetak Lulusan Tangguh dan Inovatif
MERAHPUTIH I SURABAYA - Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya kembali mencetak lulusan siap berdaya saing dalam Wisuda ke-130 yang digelar pada Sabtu (22/2). Sebanyak 1.520 wisudawan dari berbagai jenjang dikukuhkan dalam acara yang mengusung tema “Tangguh Patriotku, Gemilang Indonesiaku.”
Dalam pidatonya, Rektor Untag Surabaya, Prof. Mulyanto Nugroho, menegaskan bahwa para lulusan harus memiliki mental pejuang dan siap menghadapi perubahan di era disrupsi. Ia menekankan pentingnya adaptasi dan inovasi agar dapat memberikan kontribusi nyata bagi bangsa.
“Dunia terus berubah dengan cepat dan tak terduga. Jangan hanya menjadi penonton, tetapi jadilah bagian dari solusi yang membawa manfaat,” ujar Prof. Mulyanto Nugroho.
Untuk mendukung lulusan yang kompetitif di era digital, Untag Surabaya terus berinovasi dengan membuka program studi baru seperti Kedokteran, Profesi Dokter, serta Artificial Intelligence & Robotics (AIRO).
“Kami berkomitmen menyediakan pendidikan yang selaras dengan perkembangan zaman agar lulusan Untag selalu relevan di dunia kerja,” tambahnya.
Hadir sebagai pembicara, akademisi dan praktisi bisnis Prof. Rhenald Kasali menyoroti pentingnya mentalitas tangguh bagi generasi muda agar mampu bertahan di dunia kerja yang semakin dinamis.
“Hari ini kita hidup di era yang menuntut pemimpin dengan keberanian dan visi kuat. Efisiensi terjadi di seluruh dunia, termasuk Inggris, Jerman, China, dan Singapura,” ungkapnya.
Ia juga mengkritik mentalitas “kabur aja dulu” yang menurutnya sering menghambat kesuksesan anak muda. Namun, di sisi lain, ia memahami jika generasi muda memilih berkarier di luar negeri karena ekosistem yang lebih mendukung.
“Saat ini, sepuluh industri besar mengalami kemunduran, termasuk otomotif, perbankan, properti, hingga startup digital. Agar tetap relevan, generasi muda harus memperkuat mental, meningkatkan kreativitas, dan memahami cara kerja algoritma digital,” paparnya.
Menurut Rhenald, kampus tidak boleh sekadar mengajarkan teori, tetapi juga harus mengasah ketangguhan mahasiswa melalui pengalaman nyata. Salah satu metode yang ia terapkan adalah mengajak mahasiswa melakukan perjalanan ke luar negeri dengan dana terbatas agar mereka belajar bertahan dan beradaptasi.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas generasi di dunia kerja. “Banyak perusahaan enggan menerima Gen Z karena dianggap kurang disiplin. Namun, mereka tidak bisa diabaikan. Generasi muda harus dilatih mentalnya agar siap menghadapi tantangan,” ujarnya.
Dengan semangat ketangguhan dan kesiapan menghadapi masa depan, para wisudawan Untag Surabaya kini siap melangkah ke dunia kerja, membawa ilmu dan nilai yang telah mereka peroleh untuk membangun bangsa dan negara. (red)