Curah Hujan Tinggi Picu Banjir dan Penyakit


Air banjir yang meluap sering kali bercampur dengan sampah, kotoran hewan, dan kotoran manusia. Hal ini menjadi faktor utama penyebab timbulnya berbagai penyakit selama musim hujan.

MERAHPUTIH I SURABAYA - Akhir-akhir ini, curah hujan mengalami peningkatan signifikan di berbagai wilayah Indonesia. Intensitas hujan yang tinggi disertai durasi yang lama menjadi salah satu penyebab utama terjadinya bencana banjir di sejumlah daerah. Namun, masalah banjir bukan hanya soal genangan air, tetapi juga dampak kesehatan yang ditimbulkannya.

Budaya hidup masyarakat yang kurang bersih dan sehat, ditambah dengan sanitasi lingkungan yang belum memadai, memperburuk situasi saat banjir terjadi. Air banjir yang meluap sering kali bercampur dengan sampah, kotoran hewan, dan kotoran manusia. Hal ini menjadi faktor utama penyebab timbulnya berbagai penyakit selama musim hujan.

Vella Rohmayani, Dosen Teknologi Laboratorium Medis (TLM) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), mengungkapkan bahwa bencana banjir berkontribusi pada peningkatan tempat perindukan virus, bakteri, dan beragam parasit penyebab penyakit.

“Bencana ini dapat menyebabkan kontaminasi pada penyediaan akses air bersih. Kondisi sanitasi lingkungan dan akses penyediaan air bersih sangat memengaruhi risiko infeksi penularan penyakit dari berbagai agen infeksius,” ujar Vella.

Menurut Vella, diare menjadi salah satu penyakit yang paling rentan menyerang saat banjir. Genangan air yang meluas akibat banjir mengakibatkan sulitnya akses air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, seperti memasak, makan, minum, dan mandi. “Situasi ini meningkatkan risiko kontaminasi makanan dan minuman, sehingga memicu terjadinya diare,” jelasnya.

Selain diare, penyakit demam tifoid juga sering muncul selama musim hujan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang mencemari air.

“Seseorang dapat terserang demam tifoid jika terpapar air yang terkontaminasi bakteri tersebut,” tambah Vella.

Tak hanya itu, penyakit lain seperti demam berdarah dengue (DBD), malaria, disentri, dan kolera juga menjadi ancaman serius saat banjir. Penyakit-penyakit ini sering ditularkan melalui serangga seperti nyamuk, kecoa, dan lalat yang berkembang biak di genangan air.

“Kondisi banjir memperbanyak tempat perindukan serangga, sehingga meningkatkan risiko penyebaran penyakit yang ditularkan oleh vektor,” ungkapnya.

Vella mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya sanitasi lingkungan, terutama selama musim hujan. Beberapa langkah yang bisa dilakukan meliputi:

  • Membersihkan lingkungan dari sampah dan genangan air yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya serangga.
  • Menggunakan air bersih yang sudah diolah untuk kebutuhan sehari-hari.
  • Mengonsumsi makanan dan minuman yang higienis untuk menghindari kontaminasi.
  • Memastikan kebersihan pribadi, seperti mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah menggunakan toilet.

Dengan langkah antisipasi yang tepat, masyarakat dapat meminimalkan risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh banjir. Peran pemerintah dalam memperbaiki infrastruktur sanitasi juga sangat penting untuk mengurangi dampak banjir terhadap kesehatan masyarakat.

Seiring meningkatnya intensitas hujan, kesadaran akan kebersihan dan kesehatan lingkungan menjadi kunci untuk menghadapi tantangan musim hujan. Banjir mungkin tak sepenuhnya dapat dicegah, tetapi dampak buruknya terhadap kesehatan dapat diminimalkan jika masyarakat dan pemerintah bekerja sama. (red)