Pemkot Surabaya Perketat Antisipasi Chikungunya dan DBD, Dinkes Gandeng ITD UNAIR


Pemkot Surabaya, melalui Dinas Kesehatan (Dinkes), mengambil langkah konkret untuk mencegah penyebaran penyakit Chikungunya dan Demam Berdarah Dengue (DBD)

MERAHPUTIH I SURABAYA - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, melalui Dinas Kesehatan (Dinkes), mengambil langkah konkret untuk mencegah penyebaran penyakit Chikungunya dan Demam Berdarah Dengue (DBD). Kedua penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus ini menjadi perhatian serius, terutama di tengah musim penghujan.

Menurut Kepala Dinkes Kota Surabaya, Nanik Sukristina, berbagai upaya pencegahan terus dilakukan, melibatkan banyak pihak. Salah satu langkah utama adalah memperkuat edukasi masyarakat. “Kami memasang media edukasi di lokasi strategis dan rutin melakukan sosialisasi di Puskesmas untuk mengingatkan masyarakat tentang pencegahan Chikungunya dan DBD,” jelasnya, Kamis (9/1/2025).

Selain itu, Dinkes Surabaya menjalin kerja sama dengan ITD UNAIR untuk mengadakan penelitian mendalam. Kegiatan ini mencakup survei penangkapan nyamuk, pemeriksaan jentik, dan analisis pola penyebaran virus Den-V di Surabaya. “Kami juga berkolaborasi dalam program Pengabdian Masyarakat untuk meningkatkan kemampuan kader kesehatan dalam mengidentifikasi jentik nyamuk,” tambah Nanik.

Tak hanya itu, Dinkes juga menggandeng Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) untuk memantau perilaku nyamuk Aedes aegypti. Langkah ini bertujuan mendeteksi adanya perubahan perilaku nyamuk yang berpotensi memengaruhi pola penyebaran penyakit. Konsultasi dengan pakar penyakit tropis dari RSUD Dr. Soetomo pun dilakukan untuk memperbarui penanganan kasus Chikungunya dan DBD.

Nanik mengimbau masyarakat untuk terus melaksanakan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan metode 3M Plus. “Melalui langkah sederhana seperti menguras, menutup, dan mendaur ulang wadah air, populasi nyamuk Aedes aegypti bisa ditekan,” tegasnya.

Hingga saat ini, kasus Chikungunya belum ditemukan di Surabaya. Sementara itu, angka kasus DBD pada awal 2025 masih terkendali. “Kami rutin memonitor dan mengevaluasi situasi ini setiap minggu untuk memastikan penanganan tepat waktu,” ungkap Nanik.

Ia juga mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap gejala penyakit seperti demam, nyeri sendi, dan sakit kepala. Gejala Chikungunya, lanjutnya, bisa bertahan hingga berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.

“Jika mengalami gejala tersebut, segera periksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat. Yang terpenting, jangan panik dan tetap terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),” tutup Nanik. (red)